PENGERTIAN SOSIOLOGI AGAMA
Jika
berbicara mengenai definisi Sosiologi Agama, maka ada beberapa hal yang kami
singgung dalam pembahasan ini, di antaranya adalah mengenai pengertian
Sosiologi, Agama, prinsip sosiologi, dan objek kajian Sosiologi Agama.
Sosiologi secara umum adalah ilmu pengetauan yang mempelajari masyarakat secara
empiris untuk mencapai hukum kemasyarakatan yang seumum-umumnya.
Sosiologi
juga dapat diartikan sebagai ilmu tentang perilaku social ditinjau dari
kecenderungan individu dengan individu lain, dengan memperhatikan symbol-simbol
interaksi.
Agama
dalam arti sempit ialah seperangkat kepercayaan, dogma, peraturan etika,
praktek penyembahan, amal ibadah, terhadap tuhan atau dewa-dewa tertentu. Dalam
arti luas, agama adalah suatu kepercayaan atau seperangkat nilai yang
minimbulkan ketaatan pada seseorang atau kelompok tertentu kepada sesuatu yang
mereka kagumi, cita-citakan dan hargai.
Ada beberapa definisi Sosiologi
Aagama, di antaranya adalah:
Sosiologi
agama adalah ilmu yang membahas tentang hubungan antara berbagai kesatuan
masyarakat, perbedaan atau masyarakat secara utuh dengan berbagai system agama,
tingkat dan jenis spesialisasi berbagai peranan agama dalam berbagai masyarakat
dan system keagamaan yang berbeda.
Sosiologi
agama adalah studi tentang fenomena social, dan memandang agama sebagai
fenomena social. Sosiologi Aagama selalu berusaha untuk menemukan
pinsip-prinsip umum mengenai hubungan agama dengan masyarakat.
Sosiologi
Agama adalah suatu cabang sosiologi umum yang mempelajari masyarakat agama
secara sosiologis guna mencapai keterangan-keterangan ilmiah dan pasti, demi
kepentingan masyarakat agama itu sendiri dan masyarakat luas pada umumnya.
Devinisi
I
Menurut
Dr. H. Goddijn Sisologi Agama ialah bagian dari Sosiologi Umum (versi Barat)
yang mempelajari suatu ilmu budaya empiris, profon dan positif yang menuju pada
pengetahuan umum, yang jernih dan pasti dari struktur, fungsi-fungsi dan
perubahan-perubahan kelompok kegamaan dan gejalah-gejalah kelompok kegamaan.
Devinisi
II
Sosiologi
Agama ialah suatu cabang Sosiologi Umum yang mempelajari masyarakat agama
secara sosiologis guna mencapai keterangan-keterangan ilmiah dan pasti demi
kepentingan masyarakat agama itu sendiri dan masyarakat luas pada umumnnya.
Segi-segi penting yang hendak ditonjolkan dalam devinisi itu antara lain:
OBJEK KAJIAN SOSIOLOGI AGAMA.
Obyek
Material (langsung)
Menurut
Keith A. Roberts, sasaran (objek) kajian sosiologi agama adalah memfokuskan
kajian paada:
·
Kelompok-kelompok dan lemabaga
keagamaan, yang meliputi pembentukannya, kegiatan demi kelangsungan hidupnya,
pemeliharaannya dan pembaharuannya
·
Perilaku individu dalam
kelompok-kelompok tersebut atau proses social yang mempengaruhi status
keagamaan dan perilaku ritual
·
Konflik antar kelompok, misalnya Katolik
lawan Protestan, Kristen dengan Islam dan sebagainya. Bagi sosiolog,
kepercayaan hanyalah salah satu bagian kecil dari aspek agama yang menjadi
perhatiannya.
Bila
dikatakan bahwa yang menjadi sasaran sosiologi agama adalah masyarakat agama,
sesungguhnya yang dimaksud bukanlah agama sebagai sutu system (dogma dan
moral), tetapi agama sebagai fenomena social, sebagai fakta social yang dapat
dilaksanakan dan dialami oleh banyak orang. Ilmu ini hanya mengkonstatasi
akibat empiris kebenaran-kebenaran supra-empiris, yaitu yang disebut dengan
istilah masyarakat agama, dan itulah sasaran langsung dari sosiologi agama.
OBYEK FORMAL (PENDEKATAN)
Yang
hendak dicari dalam fenomena agama itu adalah dimensi sosiologisnya. Sampai
seberapa jauh agama dan nilai-nilai keagamaan memainkan peranan dan berpengaruh
atas eksistensi dan operasi masyarakat manusia. Lebih konkrit misalnya,
seberapa jauh unsure kepercayaan mempengaruhi pembentukkan kepribadian pemeluk-pemeluknya,
ikut menciptakan jenis-jenis kebudayaan, mewarnai dasar dan haluan Negara,
memainkan peranan dalam memunculkan strata social. Jadi hal-hal tersebut dalam
contoh di atas yang berkaitan erat
dengan masalah agama, Sosiologi Agama menyorotinya dari sudut pandang
sosiologis.
PRINSIP SOSIOLOGI AGAMA.
Prinsip
sosiologi ditandai dengan 2 prinsip dasar, yaitu: percaya kepada data empiric
dan objektivitas. Sosiolog hanya berurusan dengan fakta-fakta yang dapat
diukur, diobservasi dan diuji. Dalam prinsip objektivitas, bukan berarti bahwa
sosiolog mengklaim bahwa tidak bias salah, atau bias mencapai kebenaran umum,
sebab tidak ada satu disiplin ilmu pun yang berhak menyatakan dirinya maha tahu
atau paling benar. Objektivitas berarti sosiolog berusaha mencegah kepercayaan
agama pribadi masuk ke dalam bidang studinya. Ilmuan social harus sepenuh hati
untuk mencari kebenaran. Sebagai warga Negara sosiolog mempunyai kepentingan
dan preferensi nasional namun mereka harus terbuka terhadap data dan menghindarkan
diri dari prejudgment (mengambil keputusan sebelum membuktikan kebenarannya)
terhadap suatu kelompok atau proses keagamaan tertentu. Seorang sosiolog boleh
tidak setuju dengan pandangan suatu kelompok yang sedang diteliti, tetapi harus
berusaha untuk mengerti kelompok itu atas dasar penelitiannya menghindarkan
bias dalam interpretasi proses-proses kelompok itu.
TEMPAT SOSIOLOGI AGAMA
Tempat
sosiologi agama sudah diterangkan dalam definisi sosiologi agama itu sendiri.
Ia merupakan cabang dan juga vertical dari sosiologi umum. Maka, sosiologi
agama merupakan ilmu yang menduduki tempat yang profan. Ia bukanlah ilmu yang
sacral; ilmu yang dilakukan dan dibina oleh sarjana ilmu social, baik orangnya
suci maupun tidak suci. Karena maksud ilmu tersebut bukanlah untuk membuktikan
kebenaran (objektivitas) ajaran agama, melainkan untuk mencari keterangan
teknis ilmiah mengenai hal ikhwal masyarakat agama.
Berdasarkan
keterangan di atas, maka dapat dikatakan bahwa sosiologi agama mempunyai
kedudukan yang sama tingginya dengan rumpun ilmu social yang lain,dan ilmu ini
lebih merupakan ilmu praktis (terpakai) daripada ilmu teoritis murni. Ia
diciptakan untuk memecahkan masalah-masalah sosio-religius yang timbul waktu
itu di Eropa akibat kurangnya pengetahuan tentang segi-segi sosiologis
kehidupan beragama.
FUNGSI SOSIOLOGI AGAMA
Sosiologi
agama memberikan kontribusi yang tidak kecil lagi bagi instansi keagamaan.
Sebagai sosiologi positif ia telah membuktikan daya gunanya dalam hal mengatasi
kesulitan-kesulitan yang muncul dalam masyarakat serta menunjukkan cara-cara
ilmiah untuk perbaikan dan pengembangan masyarakat, demikian juga sosiologi
agama bermaksud membantu para pemimpin agama dalam mengatasi masalah-masalah
sosio-religius yang tidak kalah beratnya dengan masalah-masalah social
nonkeagamaan, memberikan pengetahuan tentang pola-pola interkasi social
keberagamaan yang terjadi dalam masyarakat, membantu kita untuk mengontrol atau
mengendalikan setiap tindakan dan perilaku keberagamaan kita dalam kehidupan
bermasyarakat, dengan bantuan sosiologi agama, kita akan semakin memahami
nilai-nilai, norma, tradisi dan keyakinan
yang dianut oleh masyarakat lain serta memahami perbedaan yang ada. Tanpa hal
itu, mejadi alas an untuk timbulnya konflik di antara umat beragama, membuat
kita lebih tanggap, kritis dan rasional untuk mengahadapi gejala-gejala social
keberagamaan masyarakat, serta kita dapat mengambil tindakan yang tepat dan
akurat terhadap setiap situasi social yang kita
hadapi.
Menurut
pandangan Durkheim, fungsi sosiologi agama adalah mendukung dan melestraikan
masyarakat yang sudah ada. Djamari berpendapat bahwa ada 2 implikasi sosiologi
agama bagi agama, yaitu:
Menambah
pengertian tentang hakikat fenomena agama di beragai kelompok masyarakat,
maupun pada tingkat individu;
Suatu
kritik sosiologis tentang peran agama dalam mayarakat dapat membantu kita untuk
menentukan masalah teologi yang mana yang paling berguna bagi masyarakat, baik
dalam arti sekuler maupun religious.
Dengan
cara ini, sosiologi agama memberikan sumbangan kepada dialog kegamaan di dalam
masyarakat. Semua pelopor sosiologi Eropa, seperti Karl Marx, Weber, Durkheim,
serta Simmel berpendapat bahwa untuk mengerti masyarakat modern, seseorang
harus mengerti peran penting agama dalam masyarakat.
PENGERTIAN SOSIOLOGI AGAMA MENURUT
PARA PAKAR
Jika
berbicara mengenai definisi sosiologi agama, maka ada beberapa hal lain yang
tidak lupa kami singgung dalam pembahasan ini, di antaranya adalah mengenai
pengertian sosiologi, agama,. Sosiologi secara umum adalah ilmu pengetauan yang
mempelajari masyarakat secara empiris untuk mencapai hokum kemasyarakatan yang
seumum-umumnya.
Sosiologi
juga dapat diartikan sebagai ilmu tentang perilaku social ditinjau dari
kecenderungan individu dengan individu lain, dengan memperhatikan symbol-simbol
interaksi. Agama dalam arti sempit ialah seperangkat kepercayaan, dogma,
pereturan etika, praktek penyembahan, amal ibadah, terhadap tuhan atau
dewa-dewa tertentu. Dalam arti luas, agama adalah suatu kepercayaan atau
seperangkat nilai yang minmbulkan ketaatan pada seseorang atau kelompok
tertentu kepada sesuatu yang mereka kagumi, cita-citakan dan hargai.
Adapun
kalau kedua istilah “sosiologi” dan “agama” digabungkan maka memiliki beberapa
definisi berikut:
Sosiologi agama
adalah ilmu yang membahas tentang hubungan antara berbagai kesatuan masyarakat
atau perbedaan masyarakat secara utuh dengan berbagai sistem agama, tingkat dan
jenis spesialisasi berbagai peranan agama dalam berbagai masyarakat dan sistem
keagamaan yang berbeda.
Sosiologi agama
adalah studi tentang fenomena sosial, dan memandang agama sebagai fenomena
sosial. Sosiologi agama selalu berusaha untuk menemukan pinsip-prinsip umum
mengenai hubungan agama dengan
Sosiologi agama
adalah suatu cabang sosiologi umum yang mempelajari masyarakat agama secara
sosiologis guna mencapai keterangan-keterangan ilmiah dan pasti, demi
kepentingan masyarakat agama itu sendiri dan masyarakat luas pada umumnya.
Sosiologi agama
menjadi disiplin ilmu tersendiri sejak munculnya karya Weber dan Durkheim. Jika
tugas dari sosiologi umum adalah untuk mencapai hukum kemasyarakatan yang seluas-luasnya,
maka tugas dari sosiologi agama adalah untuk mencapai keterangan-keterangan
ilmiah tentang masyarakat agama khususnya. Masyarakat agama tidak lain ialah
suatu persekutuan hidup (baik dalam lingkup sempit maupun luas) yang unsure
konstitutif utamanya adalah agama atau nilai-nilai keagamaan.
Jika
teologi mempelajari agama dan masyarakat agama dari segi “supra-natural”, maka
sosiologi agama mempelajarinya dari sudut empiris sosiologis. Dengan kata lain,
yang akan dicari dalam fenomena agama itu adalah dimensi sosiologisnya. Sampai
seberapa jauh agama dan nilai keagamaan memainkan peranan dan berpengaruh atas
eksistensi dan operasi masyarakat. Lebih konkrit lagi, misalnya, seberapa jauh
unsur kepercayaan mempengaruhi pembentukan kepribadian pemeluk-pemeluknya; ikut
mengambil bagian dalam menciptakan jenis-jenis kebudayaan; mewarnai dasar-dasar
haluan Negara; memainkan peranan dalam munculnya strata (lapisan) sosial;
seberapa jauh agama ikut mempengaruhi proses sosial, perubahan sosial,
fanatisme dan lain sebagainya.
Menurut
Keith A. Roberts, sasaran (objek) kajian sosiologi agama adalah memfokuskan
kajian pada:
·
Kelompok-kelompok dan lembaga keagamaan,
yang meliputi pembentukannya, kegiatan demi kelangsungan hidupnya,
pemeliharaannya dan pembaharuannya.
·
Perilaku individu dalam
kelompok-kelompok tersebut atau proses sosial yang mempengaruhi status
keagamaan dan perilaku ritual.
·
Konflik antar kelompok, misalnya Katolik
lawan Protestan, Kristen dengan Islam dan sebagainya.
Bagi
sosiologi, kepercayaan hanyalah salah satu bagian kecil dari aspek agama yang
menjadi perhatiannya. Bila dikatakan bahwa yang menjadi sasaran sosiologi agama
adalah masyarakat agama, sesungguhnya yang dimaksud bukanlah agama sebagai
suatu sistem (dogma dan moral), tetapi agama sebagai fenomena sosial, sebagai
fakta sosial yang dapat dilaksanakan dan dialami oleh banyak orang.
Menurut
pandangan sosiologi, agama yang terwujud dalam kehidupan masyarakat adalah
fakta social. Sebagaimana suatu fakta social, agama dipelajari oleh sosiolog
dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Disiplin ilmu yang dipergunakan oleh
sosiolog dalam mempelajari masyarakat beragama itu disebut sosiologi agama.
Sosiologi agama adalah suatu cabang ilmu yang otonomi muncul setelah akhir abad
ke-19. Pada prinsipnya, ilmu ini sama dengan sosiologi umum, yang membedakannya
adalah objek materinya.[23]
Seorang
ahli sosiologi agama Indonesia Hendropuspito mengatakan bahwa sosiologi agama
ialah suatu cabang dari sosiologi umum yang mempelajari masyarakat agama secara
sosiologis guna mencapai keterangan-keterangan ilmiah yang pasti demi
kepentingan masyarakat agama itu sendiri dan masyarakat luas pada umumnya. Dari
definisi sosiologi agama diatas dapat disimpulkan bahwa sosiologi agama sama
dengan sosiologi pada umumnya yaitu sama-sama mempelajari masyarakat agama
dengan pendekatan ilmu social bukan teologis. Tetapi tidak semua pernyataan
dalam definisi tersebut dapat kita setujui, terutama dalam pernyataan bahwa
sosiologi agama untuk kepentingan masyarakat agama atau masyarakat umumnya.
Dalam
berbagai literatur defisi diatas atau definisi sosiologi agama hamper tidak ada
perbedaan yang sangat berarti. Namun demikian dikemukakan berbagai pengertian
sosiologi agama menurut beberapa ahli sosiologi.J.Wach merumuskan sosiologi
agama secara luas sebagai suatu study tentang interelasi dari agama dan
masyarakat serta bentuk-bentuk interaksi yang terjadi antar mereka. Sedangkan
menurut H.Goddijn-W.Goddijn, sosiologi agama ialah bagian dari sosiologi umum
yang mempelajari suatu ilmu budaya empiris, profane, dan positif yang menuju
kepada pengetahuan umum, yang jernih dan pasti dari struktur , fungsi-fungsi
dan perubahan-perubahan kelompok keagamaan dan gejala-gejala kekelompokan
keagamaan.[24]
Dari
definisi-definisi tersebut diatas kiranya sudah cukup jelas memberikan gambaran
kepada kita bahwa sosiologi agama pada hakikatnya adalah cabang dari sosiologi
umum yang mempelajari masyarakat agama (religious society) secara sosiologis
untuk mencapai keterangan-keterangan ilmiah dan pasti demi untuk masyarakat
agama itu sendiri dan umat atau masyarakat pada umumnya.
Sosiologi
agama memusatkan perhatiannya terutama untuk memahami makna yang diberikan oleh
suatu masyarakat kepada sistem agamanya sendiri, dan berbagai hubungan antar
agama dengan struktur sosial lainnya, juga dengan berbagai aspek budaya yang
bukan agama. Para ahli memandang bahwa agama adalah suatu pengertian yang luas
dan universal, dari sudut pandang sosial dan bukan dari sudut pandang individu
0 komentar:
Posting Komentar