A.
Pengertian
kurikulum
Istilah “kurikulum” memiliki berbagai tafsiran yang
dirumuskan oleh pakar-pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu
sampai dengan dewasa ini. Kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni
“Curriculae”, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu
itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh
oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan kata lain, suatu
kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik
akhir dari suatu perjalanan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu.
Beberapa
tafsiran dikemukakan berikut ini:
- Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan.
- Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa.
- Kurikulum sebagai pengalaman belajar. Perumusan atau pengertian kurikulum lainnya yang agak berbeda dengan pengertian-pengertian sebelumnya lebih menekankan bahwa kurikulum merupakan serangkaian pengalaman belajar.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Kurikulum merupakan susunan, bahan
kajian, dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan
yang bersangkutan, dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Dalam skala yang lebih luas, kurikulum merupakan suatu alat pendidikan dalam
rangka pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Menurut UU No. 2
tahun 1989 kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan, mengenai isi dan
bahan pelajaran, serta cara yang digunakan dalam menyelenggarakan kegiatan
belajar mengajar
B.
Fator-faktor
yang mempengaruhi pengembangan kurikulum
Sekolah mendapatkan pengaruh dari kekuatan-kekuatan
yang ada dalam masyarakat, terutama dari perguruan tinggi dan masyarakat.
·
Perguruan Tinggi
Kurikulum minimal mendapat dua pengaruh dari
perguruan tinggi. Pertama, dari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang dikembangkan di perguruan tinggi umum. Kedua, dari pengembangan ilmu
pendiddikan dan keguruan serta penyiapan guru-guru di perguruan tinggi
keguruan. Telah diuraikan terlebih dahulu bahwa pengetahuan dan teknologi
banyak memberikan sumbangan bagi isi kurikulum seta proses pembelajaran.
Perkembangan teknologi selain menjadi isi kurikulum juga mendukung penembangan
alat bantu dan media pendidikan. Penguasaan ilmu, baik ilmu pendiddikan maupun
bidang studi serta kemampuan mengajar dari guru- guru akan sangat mempengaruhi
pengembangan dan implementasi kurikulum di sekolah.
·
Masyarakat
Sekolah merupakan bagian dari masyarakat dan
mempersiapkan anak untuk kehidupan di masyarakat. Sebagai bagian dan agen dari
masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat dimana
sekolah tersebut berada. Isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi dan dan
dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat di sekitarnya.
·
System nilai
Dalam kehidupan masyarakat terdapat system nilai,
baik nilai moral, keagamaan, social, budaya, maupun nilai politis. Sekolah
sebagai lembga masyarakat juga bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan
penerusan nilai-nilai. System nilai yang akan dipelihara dan diteruskan
tersebut harus terintegrasi dalam kurikulum. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan guru dalam mengajarkan nilai:
·
Guru hendaknya
mengetahui dan memperhatikan semua nilai yang ada dalam masyarakat,
·
Guru hendaknya
berpegang pada prinsip demokrasi, etis, dan moral,
·
Guru berusaha
menjadikan dirinya sebagai teladan yang patut ditiru,
·
Guru mengharagi
nilai-nilai kelompok lain,
·
Memahami dan menerima
kebudayaan sendiri.
C.
Langkah-langkah
pengembangan kurikulum
Penyusunan dan pengembangan kurikulum dapat menempuh
langkah-langkah:
1.
Perumusan tujuan
Tujuan di rumuskan berdasarkan analisis terhadap
berbagai kebutuhan, tuntutan dan harapan. Oleh karena itu tujuan di rumuskan
dengan mempertimbangkan faktor-faktor masyarakat, siswa itu sendiri serta ilmu
pengetahuan.
2.
Menentukan isi
Isi kurikulum merupakan pengalaman belajar yang di
rencanakan akan di peroleh siswa selama mengikuti pendidikan. Pengalaman
belajar ini dapat berupa mempelajari mata pelajaran-mata pelajaran, atau
jenis-jenis pengalaman belajar lain sesuai dengan bentuk kurikulum itu sendiri.
3. Memilih
kegiatan
Organisasi dapat di rumuskan sesuai dengan tujaun dan pengalaman-pengalaman belajar yang
menjadi isi kurikulum, dengan mempertimbangkan bentuk kurikulum yang digunakan.
4. Merumuskan
evaluasi
Evaluasi kurikulum mengacu pada tujuan kurikulum,
sebagai di jelaskan di muka. Evaluasi perlu di lakukan untuk memperoleh balikan
sebagai dasar dalam melakukan perbaikan, oleh karena itu evaluasi dapat di lakukan
secara terus menerus.
Ada
empat langkah pengembangan kurikulum model Rogers.
- pemilihan target dari system pendidikan. Didalam penentuan target ini stu-satunya Kriteria yang menjadi pagangan adalah adanya kesediaan dari pejabat pendidikan untuk turut serta dalam kegiatan kel;ompok yang intensif.
- partisipasi guru dalam pengalaman guru dalam pengalaman kelompok yang intensif.
- pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas atau unit pelajaran.
- partisipasi orang tua dalam kegiatan kelompok.
Menurut
Olivia pengembangan kurikulum terdiri atas 10 langkah :
- Perumusan filosofis, sasaran, misi serta visi lembaga pendidikan, yang kesemuanya bersumber dari analisis kebutuhan siswa, dan kebutuhan masyarakat.
- Analisis kebutuhan masyarkat di mana sekolah itu berada, kebutuhan siswa dan urgensi dari disiplin ilmu yang harus diberikan oleh sekolah.
- Tujuan umum dan khusus bagaimana mengorganisasikan rancangan dan mengimplementasikan kurikulum.
- Bagaimana menjabarkan atau perbedaan antara tujuan umum dan tujuan khusus pembelajaran.
- Menetapkan strategi pembelejaran untuk mencapai tujuan.
- Pengembangan kurikulum.
- Mengimplementasikan strategi pembelajaran.
- Pengembangan kurikulum kembali.
- Menyempurnakan alat atau teknik penilaian.
- Evaluasi terhadap pembelajaran dan evalusi kurikulum
Langkah
– langkah pengembangan kurikulum menurut Tyler :
1.
Menentukan tujuan
Dalam penyusunan suatu kurikulum, merumuskan tujuan
merupakan langkah pertama dan utama , sebab tujuan merupakan arah atau sasaran
pendidikan.
2.
Menentukan pengalaman
belajar
Menentukan pengalaman belajar (learning experiences)
adalah aktivitas siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan. Pengalaman belajar
pada aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Ada beberapa prinsip dalam
menentukan pengalaman belajar siswa, yaitu :
•
Pengalaman siswa harus
sesuai dengan tujuan yang ingin di capai.
•
Setiap pengalaman
belajar harus memuaskan siswa.
•
Setiap rancangan
pengalaman siswa belajar sebaiknya melibatkan siswa.
•
Dalam suatu pengalaman
belaajr dapat mencapai tujuan yang berbeda
3. Pengorganisasian
pengalaman belajar
Ada dua jenis pengorganisasian pengalaman belajar,
yaitu :
·
Pengorganisasian secara
vertical
Pengorganisasian secara vertikal adalah menghubungkan
pengalaman belajar dalam satu kajian yang sama dalam tingkat yang berbeda.
Contoh
: Pengorganisasian pengalaman belajar yang menghubungkan antara bidang geografi
di kelas lima dan geografi di kelas enam.
·
Pengorganisasian secara
horisontal
Pengorganisasian secara horisontal adalah
menghubungkan pengalaman belajar dalam bidang geografi dan sejarah dalam
tingkat yang sama. Penilaian tujuan belajar sebagai kompponen yang dijadikan
perhatian utama
Menurut
Beauchamp, ada lima langkah atau pentahapan dalam mengembangkan suatu kurikulum
(Beauchamp’s System):
- Menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum tersebut (sekolah, kecamatan, kabupaten, propinsi, negara). Pentaapan arena ini ditentukan oleh wewenang yang dimiliki oleh pengambil kebijakan dalam pengembangan kurikulum,serta oleh tujuan pengembangan kurikulum.
- Menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa yang turut serta terlibat dalam pengembangan kurikulum. Ada empat kategori orang yang turut berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum:
- para ahli pendidikan/kurikulum yang ada pada pusat pengembangan kurikulum dan para ahli bidang ilmu dari luar
b. para
ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru terpilih para
profesional dalam sistem pendidikan profesional lain dan tokoh-tokoh
masyarakat.
Beauchamp mencoba melibatkan para ahli dan
tokoh-tokoh pendidikan seluas mungkin, yang biasanya pengaruh mereka kurang
langsung terhadap pengembangan kurikulum dibanding dengan tokoh-tokoh lain
seperti para penulis dan penerbit buku, para pejabat pemerintah, politisi,dan
pengusaha serta industriawan. Penetapan personalia ini sudah tentu disesuaikan
dengan tingkat dan luas wilayah arena.
Untuk tingkat propinsi atau nasional tidak terlalu
banyak melibatkan guru. Sebaliknya untuk tingkat kabupaten, kecamatan atau
sekolah keterlibatan guru-guru semakin besar.
3. Organisasi
dan prosedur pengembangan kurikulum.
Langkah ini berkenaan dengan prosedur yang harus
ditempuh dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan yang lebih khusus, memilih isi
dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, dan dalam menentukan
keseluruhan desain kurikulum. Beauchamp membagi keseluruhan kegiatan ini dalam
lima langkah, yaitu:
·
membentuk tim
pengembang kurikulum.
· mengadakan penilaian
atau penelitian terhadap kurikulum yang ada yang sedang digunakan studi
penjajahan tentang kemungkinan penyusunan kurikulum baru.
·
merumuskan
kriteria-kriteria bagi penentuan kurikulum baru.
·
penyusunan dan
penulisan kurikulum baru.
4. Implementasi kurikulum.
Langkah ini merupakan langkah mengimplementasikan
atau melaksanakan kurikulum yang bukan sesuatu yang sederhana, sebab
membutuhkan kesiapan yang menyeluruh,baik kesiapan guru-guru, siswa, fasilitas,
bahan maupun biaya, di samping kesiapan manajerial dari pimpinan sekolah atau
administrator setempat.
5. Evaluasi
kurikulum.
Langkah
ini mencakup empat hal, yaitu:
·
Evaluasi tentang
pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru
·
Evaluasi desain
kurikulum
·
Evaluasi hasil belajar
siswa
·
Evaluasi dari
keseluruhan sistem kurikulum.
Data yang diperoleh dari hasil kegiatan evaluasi ini
digunakan bagi penyempurnaan sistem dan desain kurikulum, serta prinsip-prinsip
melaksanakannya. Dalam Buku Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum yang ditulis
oleh Prof. Drs. H. Dakir melihat bahwa langkah-langkah pada model Beaucham
tersebut yang dikembangkan oleh G.A. Beauchamp (1964) adalah sebagai berikut:
a. Suatu
gagasan pengembangan kurikulum yang telah dilaksanakan di kelas, diperluas di
sekolah, disebarkan di sekolah-sekolah di daerah tertentu baik berskala regional
maupun nasional yang disebut arena.
b. Menunjuk
tim pengembang yang terdiri atas ahli kurikulum, para ekspert, staf pengajar,
petugas bimbingan, dan nara sumber lain.
c. Tim
menyusun tujuan pengajaran, materi dan pelaksanaan proses belajar mengajar.
Untuk tugas tersebut perlu dibentuk dewan kurikulum sebagai Koordinator yang
bertugas juga sebagai penilai pelaksanaan kurikulum, memilih materi pelajaran
baru, menentukan berbagai criteria untuk memilih kurikulum mana yang akan
dipakai, dan menulis secara menyeluruh mengenai kurikulum yang akan
dikembangkan.
d. Melaksanakan
kurikulum di sekolah.
e. Mengevaluasi
kurikulum yang berlaku.
Beauchamp
mengemukakan lima hal dalam mengembangkan suatu kurikulum.
Pertama,
menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum
tersebut, apakah suatu sekolah, kecamatan, kabupaten, propinsi, ataupun seluruh
Negara.
Kedua,
menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa yang turut seerta terlibat dalam
pengembangan kurikulum.
Ketiga,
organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum. Langkah ini berkenaan dengan
prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan yang lebih
khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, dan dalam
menetukan keseluruhan dasain kurikulum.
Keempat,
implementasi kurikulum. Langkah ini merupakan langkah mengimplementasikan aatu
melaksanakan kurikulum yang bukan sesuatu yang sederhana, sebab membutuhkan
kesiapan yang menyeluruh, baik kesiapan guru-guru, siswa, fasilitas, bahan
maupun biaya, disamping kesiapan material dari pimpinan dan penulisan kurikulum
baru.
Langkah
yang ke;lima dan merupakan terakhir adalah evaluasi kurikulum.
Menurut
Taba ada lima langkah pengembangan kurikulum model terbalik dari Taba, yaitu :
1. Membuat
unit-unit eksperimen bersama dengan guru-guru :
Dalam
kegiatan ini perlu mempersiapkan
·
Perencanaan berdasarkan
pada teori-teori yang kuat,
·
Eksperimen harus
dilakukan di dalam kelas dengan menghasilkan data yang empiric dan teruji. Unit
–unit eksperimen ini harus dirancang melaui tahapan-tahapan sebagai berikut:
a) Mendiagnosis
kebutuhan. Pada langkah ini, pengembangan kurikulum dimulai dengan menentukan kebuttuhan-kebutuhan siswa melalui
diagnosis tentang berbagai kekurangan (deficiencies), dan perbedaan latar
belakang siswa. Tenaga pengajar mengidentifikasi masalah-masalah, kondisi,
kesulitan serta kebutuhan-kebutuhan siswa dalam suatu proses pengajaran.
Lingkup diagnosis tergantung pada latar belakang program yang akan direvisi,
termasuk didalamnya tujuan konteks dimana program tersebut difungsikan.
b) Merumuskan
tujuan khusus. Setelah kebuttuhan-kebutuhan siswa didiagnosis, selanjutnya para
pengembang kurikulum merumuskan tujuan. Rumusan tujuan akan meliputi:
·
Konsep atau gagasan
yang akan dipelajari
·
Sikap, kepekaan dan
perasaan yang akan dikembangkan
·
Cara befikir untuk
memperkuat,
·
Kebiasaan dan
keterampilan yang akan dikuasai
c) Memilih
isi. Pemilihan isi kurikulum sesuai dengan tujuan meerupakan langkah
berikutnya. Pemilihan isi bukan saja didasarkan pada tujuan yang harus dicapai
sesuai dengan langkah kedua, akan tetapi juga harus mempertimbangkan segi
validitas dan kebermaknaannya untuk siswa.
d) Mengorganisasi
isi. Melalui penyeleksian, selanjutnya isi kurikulum yang telah ditentukan itu
disusun urutannya, sehingga tampak pada tingkat atau kelas berapa sebaiknya
kurikulum itu diberikan.
e) Memilih
pengalaman belajar. Pada tahap ini ditentukan pengalaman-pengalaman belajar yag
harus dimiliki siswa untuk mencapai tujuan kurikulum.
f) Mengorganisasi
pengalaman belajar. Guru selanjutnya menentukan bagaimana mengemas
pengalaman-pengalaman belajar yang telah ditentukan itu kedalam paket-paket kegiatan
itu, siswa diajak serta, agar mereka memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan
kegiatan belajar.
g) Menentukan
alat evaluasi dan prosedur yang harus dilakukan siswa. Peda penentuan alat
evaluasi guru dapat menyeleksi berbagai teknik yang dapat dilakukan untuk
menilai prestasi siswa, apakah siswa sudah mencapai tujuan atau belum.
h) Menguji
keseimbangan isi kurikulum. Pengujian ini perlu dilakukan untuk melihat
kesesuaian antara isi, pengalaman belajar, dan tipe-tipe belajar siswa.
2. Menguji
unit eksperimen
Unit yang sudah sudah dihasilkan pada langkah yang
pertama harus diujicobakan pada berbagai situasi dan kondisi belajar. Pengujian
dilakukan untuk mengetahui tigkat validitas dan kepraktisan sehingga dapat
menghimpun data sebagai penyempurnaan.
3. Mengadakan
revisi dan konsolidasi
Setelah langkah pengujian, maka langkah selanjutnya
melakukan revisi dan konsolidasi. Perbaikan dan penyempurnaan dilakukan pada
data yang dihimpun sebelumnya. Selain dilakukan perbaikan dan penyempurnaan
dilakukan juga konsolidasi yaitu penarikan kesimpulan hal-hal yang umum dan
tentang konsistensi teori-teori yang digunakan. Langkah ini dilakukan secara
bersama-sama dengan coordinator kurikulum maupun ahli kurikulum. produk dari
langkah ini adalah berupa teaching learning unit yang telah diuji dilapangan.
Pada langkah ini dilakukan pula penarikan kesimpulan (konsolidasi) tentang
konsistensi teori yang digunakan. Langkah ini dilakukan bersama oleh
koordinator kurikulum dan ahli kurikulum. Bila hasilnya sudah memadai, maka
unit-unit tersebut dapat disebarkan dalam lingkup yang lebih luas.
4. Pengembangan
keseluruhan kerangka kurikulum (developing a frame work)
Apabila dalam kegiatan penyempurnaan dan konsolidasi
telah diperoleh sifatnya yang lebih
menyeluruh atau berlaku lebih luas, hal itu harus dikaji oleh para ahli
kurikulum.
Ada
beberapa pertanyaan yang harus dijawab dalam langkah ini :
·
Apakah lingkup isi
telah memadai
·
Apakah isi telah
tersusun secara logis
· Apakah pemebelajaran
telah memberikan peluang terhadap pengembangan intelektual, keterampilan dan
sikap
·
Dan apakah konsep dasar
telah terakomodasi
Perkembangan yang dipergunakan untuk melakukan
kegiatan yang berdasarkan pada pertanyaan-pertanyaan apa isi unit-unit yang
disusun secara berurutan itu telah berimbang ke dalamnya dan keluasannya, dan
apakah pengalaman belajar telah memungkinkan belajarnya kemampuan intelektual
dan emosional. Pengembangan ini dilakukan oleh ahli kurikulum dan para
professional kurikulum lainnya. Produk dari langkah-langkah ini adalah dokumen kurikulum
yang siap untuk diimplementasikan dan didesiminasikan.
5. Implementasi
dan desiminasi
Dalam langkah ini dilakukan penerapan dan
penyebarluasan program ke daerah dan sekolah-sekolah dan dilakukan pendataan tetang
kesulitan serta permasalahan yang dihadapi guru-guru di lapangan. Oleh karena
itu perlu diperhatikan tentang persiapan dilapangan yang berkaitan dengan
aspek-aspek penerapan kurikulum. Pengembangan kurikulum realitas dengan
pelaksanaannya, yaitu melalui pengujian terlebih dahulu oleh staf pengajar yang
profesional. Dengan demikian, model ini benar-benar memadukan teori dan
praktek.
Tanggung jawab tahap ini dibebankan pada
administrator sekolah. Penerapan kurikulum merupakan tahap yang ditempuh dalam kegiatan
pengembangan kurikulum. Pada tahap ini harus diperhatikan berbagai masalah
seperti kesiapan tenaga pengajar untuk melaksanakan kurikulum di kelasnya,
penyediaan fasilitas pendukung yang memadai, alat atau bahan yang diperlukan
dan biaya yang tersedia, semuanya perlu mendapat perhatian dalam penerapan
kurikulum agar tercapai hasil optimal.
Menurut
Wheeler berpendapat bahwa pengembangan kurikulum teridri dari 5 tahap yaitu:
1. Mementukan
tujuan umum dan tujuan khusus. Dalam
hal ini tujuan umum dapat berupa tujuan yang bersifat normative yang mengandung
tujuan filisofis (aim) atau tujuan pembelajaran yang bersifat praktis (goals).
Sedangkan yang menjadi tujuan khusus yaitu tujuan yang bersifat spesifik dan
observable (objective) yaitu suatu tujuan pembelajaran yang mudah diukur
ketercapaiannya. Dalam pengembangan
kurikulum menurut Wheeler penentuan tujuan merupakan tahap awal yang harus
dilakukan. Dalam penyusunan suatu kurikulumin, merumuskan tujuan merupakan hal
yang harus dikerjakan karena tujuan merupakan arah atau sasaran pendidikan.
Tanpa ada tujuan maka apa yang ingin di capai akan menjadi tidak.
Alasan alasan yang mendasar mengenai pentingnya
perumusan suatu tujuan adalah:
· Tujuan berkaitan erat dengan arah dan sasaran yang harus dicapai oleh dunia pendidikan. Kurikulum merupakan alat untuk
mencapai tujuan pendidikan, denagn demikian salah satu komponen penting yang
harus ada dalam suatu perencanaan kurikulum adalah tujuan itu sendiri.
· Tujuan kurikulum dapat
membantu pengembang kurikulum dalam mendesain suatu model kurikulum. Melalui
tujuan yang jelas, maka dapat membantu para pengembang kurikulum dalam
mendesain model kurikulum yang dapat digunakan bahkan akan membantu guru dalam
mendesain sistem pembelajaran. Maksudnya disini adalah dengan tujuan yang jelas
dapat memberikan arahan kepada guru dalam menentukan bahan atau materi yang
harus dipelajari, menentukan metode dan strategi pembelajaran yang akan
digunakan, menentukan alat, media, dan sumber pembelajaran, serta bagaimana
cara merancang alat evaluasi untuk menentukan keberhasilan belajar siswa.
·
Tujuan dapat digunakan
sebagai control dalam menentukan batas batas serta kualitas pembelajaran.
Dengan adanya tujuan kurikulum yang jelas dapat digunakan sebagai kontrol dalam
menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran. Artinya, melalui penetapan
tujuan, para pengembang kurikulum termasuk guru dapat mengontrol sampai mana
siswa telah memperoleh kemampuan-kemampuan sesuai dengan tujuan dan tuntutan
kurikulum yang berlaku. Lebih jauh dari itu dengan adanya tujuan akan dapat
ditentukan daya serap siswa dan kualitas suatu sekolah.
2. Menentukan
pengalaman belajar yang mungkin dapat dilakukan oleh siswa untuk mencapai
tujuan yang telah dirumuskan dalam dalam langkah pertama. Yang dimaksud dengan
pengalaman belajar disini adalah segala
aktivitas siswa dalam berinteraksi denagn lingkungan. Menentukan pengalaman
belajar merupakan hal yang penting untuk materi - materi yang sesuai dalam
proses pembelajaran.
3. Menentukan
isi dan materi pelajaran sesuai dengan pengalaman belajar Tahap ketiga dalam
pengembangan kurikulum menurut Wheeler adalah penentuan isi dan materi
pelajaran. Penentuan isi dan materi pelajaran ini di dasarkan atas pengalaman
belajar yang di alami oleh peserta didik, pengalaman belajar yang dialami oleh
peserta didik dijadikan suatu acuan dalam penyusunan materi ajar.langkah
langkah pengorganisasian merupakan hal yang sangat penting karena dengan
pengorganisasian yang jelas akan memberikan arah bagi pelaksanaan proses
pembelajaran sehingga menjadi pengalaman belajar bagi pelaksanaan proses
pembelajaran sehingga menjadi pengalaman belajar yang nyata bagi siswa.
4. Mengorganisasi
atau menyatukan pengalaman belajar dengan isi atau materi pelajaran. Setelah
materi ajar disusun maka dilakukan penyatuan antara pengalaman belajar dengan
materi ajar yang telah disusun, hal ini bertujuan agar terjadi hubungan atau
kesinambungan antara pengalaman belajar dengan materi ajar. Sehingga proses
belajar mengajar dapat berjalan dengan naik sehingga hasil yang diperoleh pun
dapat maksimal.
5. Melakukan
evaluasi setiap fase pengembangan dan pencapaian tujuan. Disini setelah proses
pembelajaran selesai akan dilaksanakan suatu proses evaluasi. Dalam proses
pengembangan kurikulum ini tahap evaluasi merupakan tahap yang sangat penting,
hal itu karena proses penilaian atau evaluasi dapat memberikan informasi
tentang ketercapaian daripada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan
evaluasi ini maka akan dapat diketahui apakah kurikulum yang diterapkan itu
berjalan denagn baik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah
tersebut.secara rinci dapat dikatakan bahwa Evaluasi bertujuan untuk
menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk bahan penentuan keputusan
mengenai kurikulum apakan kurikulum itu masih bisa berlaku atau harus di
perbaharui atau digamti lagihal itu terjadi karena evaluasi suatu kurikulum dapat memberikan informasi mengenai kesesuaian, efektifitas
dan efisiensi kurikulum terhadap tujuan
yang ingin dicapai dan penggunaan sumber daya,yang mana informasi ini akan
sangat berguna sebagai bahan pembuat keputusan
apakah kurikulum tersebut masih dijalankan tetapi perlu revisi atau
kurikulum tersebut harus diganti dengan kurikulum yang baru. Evaluasi kurikulum
juga penting dilakukan dalam rangka penyesuaian
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar
yang berubah.
6. Berdasarkan
dari langkah- langkah pengembangan kurikulum yang dikemukakan oleh Wheeler
terlihat bahwa pengembangn kurikulum itu berbentuk sebuah siklus (lingkaran)
yang mana pada setiap tahapa dalam siklus tersebut membentuk suatu system yang
terdiri dari komponen- komponen pengembangan yang saling berhubungan satu sama
lain.
·
PERBEDAAN KURIKULUM
KTSP DAN KURIKULUM 2013
- PENDEKATAN
Kurikulum KTSP
Pembelajaran di
kelas dilaksanakan melalui pendekatan tematik,
pembelajaran tematik sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai pendekatan
pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan
pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa”. Pembelajaran tematik diyakini
sebagai pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada praktek pembelajaran
yang sesuai dengan kebutuhan anak. Sejalan dengan itu, pembelajaran tematik
akan dikendalikan oleh eksplorasi topik yang ada dalam kurikulum. Dengan
demikian, siswa dapat belajar menghubungkan proses dan isi butir-butir
pembelajaran secara lintas disipilin.
Kurikulum 2013
pembelajaran di
kelas seluruhnya harus dilaksanakan dengan
pendekatan tematik integratif. Pembelajaran tematik integratif merupakan
pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai
mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam
dua hal, yaitu integrasi sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses
pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut
makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar
secara parsial. Dengan demikian pembelajarannya memberikan makna yang utuh
kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia.
- MATERI
Kurikulum KTSP
memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan
diri. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi
yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan
daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang
ada. Muatan lokal dalam KTSP meliputi Bahasa Daerah dan Bahasa Inggris yang
merupakan muatan lokal wajib serta muatan lokal pertanian yang tidak
diwajibkan. Sedangkan pengembangan diri meliputi Pramuka dan Komputer yang
tidak berstatus wajib.
kurikulum 2013
mata pelajaran dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompok A
yang menekankan aspek kognitif dan kelompok B yang lebih menekankan aspek
afektif dan psikomotor. Kelompok A terdiri dari 4 mata pelajaran untuk kelas
III dan 6 mata pelajaran untuk kelas IV – VI. Perbedaan tersebut terletak pada
tidak adanya mata pelajaran IPA dan IPS. Sedangkan pada kelompok B, terdapat 2
mata pelajaran termasuk di dalamnya muatan lokal. Pada kurikulum 2013, muatan
lokal SD meliputi Pramuka, UKS, PMR, dan Bahasa Daerah. Berbeda dengan KTSP,
Pramuka merupakan muatan lokal wajib. Pengembangan diri tidak dicantumkan dalam
kurikulum 2013 SD/MI karena sudah dimasukkan dalam muatan lokal. Selain itu, Bahasa
Inggris yang sebelumnya merupakan mata pelajaran wajib menjadi tidak wajib dan
hanya berupa muatan lokal.
Substansi
mata pelajaran IPA dan IPS pada KTSP SD/MI merupakan ”IPA Terpadu” dan ”IPS
Terpadu”. Hal ini masih diterapkan pada kurikulum 2013. Bahkan untuk kelas
rendah, IPA dan IPS diintegrasikan dengan mata pelajaran lain melalui
pendekatan tematik integratif.
- PROSES
KurikulumKTSP
Pre Test (tes awal) Pada
umumnya pelaksanaan proses pembelajaran dimulai dengan pre test. Pre test ini
memiliki banyak kegunaan dalam menjajagi proses pembelajaran yang akan
dilaksanakan. Oleh karena itu pre test memegang peranan yang cukup penting
dalam proses pembelajaran.
Pembentukan Kompetensi Pembentukan kompetensi merupakan kegiatan inti dari
pelaksanaan proses pembelajaran, yakni bagaimana kompetensi dibentuk pada
peserta didik dan bagaimana tujuan-tujuan belajar direalisasikan.
Post Test Pada umumnya pelaksanan pembelajaran
diakhiri dengan post test. Sama
halnya dengan pre test, post test juga memiliki banyak
kegunaan, terutama dalam melihat keberhasilan pembelajaran dan pembentukan
kompetensi.
Kurikulum 2013
Pembelajaran intra kurikuler didasarkan pada prinsip
berikut:
a.
Proses pembelajaran
intra-kurikuler adalah proses pembelajaran yang berkenaan dengan mata pelajaran
dalam struktur kurikulum dan dilakukan di kelas, sekolah, dan masyarakat.
·
Proses pembelajaran di
SD/MI berdasarkan tema sedangkan di SMP/MTS, SMA/MA, dan SMK/MAK berdasarkan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dikembangkan guru. c. Proses pembelajaran
didasarkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif untuk menguasai Kompetensi
Dasar dan Kompetensi Inti pada tingkat yang memuaskan (excepted)
- EVALUASI
Kurikulum KTSP
Evaluasi atau
penilaian dalam KTSP dibedakan menjadi dua, yaitu evaluasi yang dilakukan oleh
pihak dalam (guru dan pengelola sekolah) yang selanjutnya disebut evaluasi diri
dan evaluasi oleh pihak luar (badan indpenden atau badan akreditasi sekolah).
Sasaran evaluasi secara garis besar mencakup masukan (termasuk program),
proses, dan hasil (Wahyono, 2013:1).
Diberakukannya KTSP mengharapkan adanya
perubahan dalam kegiatan pembelajaran termasuk dalam penilaian. Mulyasa
(2007:258) menjelaskan, “penilaian hasil belajar dalam KTSP dapat dilakukan
dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan
dan sertifikasi, benchmarking, dan penilaian program
Kurikulum 2013
Evaluasi
kurikulum 2013 memegang peran penting baik dalam penentuan
kebijaksanaan pendidikan pada umumnya, maupun dalam pengambilan keputusan dalam
kurikulum. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang
kebijaksaan pendidikan dan para pemegang kurikulum dalam memilih dan menetapkan
kebijaksanaan pemegang system pendidikan dan pemegang model kurikulum yang
digunakan. Hasil-hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru,
kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya, dalam memahami dan
membantu perkembangan siswa, memilih bahan pelajaran, memilih metode dan
alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian serta fasilitas
pendidikan lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar