1. JELASKAN
PENGERTIAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN MENURUT BEBERAPA AHLI DAN PENDAPAT ANDA
SENDIRI!
Jawab :
1. Menurut
F.G. Robbins, sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang tugasnya
menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan. Struktur mengandung pengertian
teori dan filsafat pendidikan, sistem kebudayaan, struktur kepribadian dan
hubungan kesemuanya dengantata sosial masyarakat. Sedangkan dinamika yakni
proses sosial dan kultural, proses perkembangan kepribadian,dan hubungan
kesemuanya dengan proses pendidikan.
2. Menurut
H.P. Fairchild dalam bukunya ”Dictionary of Sociology” dikatakan bahwa
sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan
masalah-masalah pendidikan yang fundamental. Jadi ia tergolong applied
sociology.
3. Menurut
Prof. DR S. Nasution,M.A., Sosiologi Pendidikana dalah ilmu yang berusaha untuk
mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan
kepribadian individu agar lebih baik.
4. Menurut
F.G Robbins dan Brown, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu yang membicarakan dan
menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk
mendapatkan serta mengorganisasi pengalaman. Sosiologi pendidikan mempelajari
kelakuan sosial serta prinsip-prinsip untuk mengontrolnya.
5. Menurut
E.G Payne, Sosiologi Pendidikan ialah studi yang komprehensif tentang segala
aspek pendidikan dari segi ilmu sosiologi yang diterapkan.
6. Menurut
Drs. Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang berusaha
memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan
sosiologis.
2. JELASKAN
APA YANG DIMAKSUD DENGAN SOSIALISASI, JENIS SOSIALISASI, DAN AGEN SOSIALISASI!
Jawab :
a. Pengertian
sosialisasi
Paul B. Horton and Chester L. Hunt :
Sosialiasi adalah suatu proses dengan mana seseorang menghayati (mendarah
dagingkan, internalize) norma-norma kelompok di mana ia hidup sehingga
timbullah “diri” yang unik.
David B. Brinkerhoff and Lynn K. White :
Sosialisasi adalah suatu proses belajar peran, status, dan nilai yang
diperlukan untuk keikutsertaan (partisipasi) efektif dalam masyarakat.
James W. Vander Zanden : Sosialisasi
adalah suatu proses interaksi sosial dengan mana orang memperoleh pengetahuan,
sikap, nilai, dan perilaku esensial untuk keikutsertaan (partisifasi) efektif
dalam masyarkat.
Sehingga dapat disimpulkan : sosialisasi
adalah (1) tentang proses, yaitu suatu transmisi pengetahuan, sikap, nilai,
norma, dan perilaku esensial. (2) tentang tujuan, yaitu sesuatu yang diperlukan
agar mampu berpartisifasi efektif dalam masyarakat.
b. Jenis-jenis
sosialisasi
1) Berdasarkan
Kebutuhan
a) Sosialisasi
Primer, adalah suatu proses melaluinya seorang anak manusia mempelajari atau
menerima pengetahuan, sikap, nilai, norma, perilaku esensial, dan harapan agar
mampu berpartisipasi efektif dalam
masyarakat dan/atau menjadi anggota masyarakat.
b) Sosialisasi
Sekunder, adalah setiap proses selanjutnya yang mengimbas individu yang telah
disosialisasikan itu ke dalam sektor-sektor baru dari dunia objektif
masyarakatnya.
2) Berdasarkan
Cara yang Dipakai
a) Sosialisasi
represif, ialah sosialisasi yang menekankan pada kepatuhan anak dan penghukuman
terhadap perilaku yang keliru.
b) Sosialisasi
Partisipatif, ialah sosialisasi yang menekankan pada otonomi anak dan
memberikan imbalan terhadap perilaku anak yang baik.
3) Berdasarkan
Keberadaan Perencanaan
a) Sosialisasi
berdasarkan perencanaan, merupakan sosialisasi yang dilakukan atas dasar
rencana yang berkelanjutan dan sistematis.
b) Sosialisasi
tanpa perencanaan, yaitu sosialisasi yang terjadi dalam suatu proses interaksi
yang terjadi dalam masyarakat, misalnya dalam keluarga, kelompok teman sebaya,
atau lingkungna tempat tinggal.
c. Agen-agen
sosialiasi
Agen
sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan proses sosialisasi.
Jenis-jenisnya yiitu :
a) Kelurga
Fungsi
utama keluarga adalah menjaga dan memelihara anak-anak. Kita mengalami
sosialisasi pertama kali dalam kehidupan sebagai bayi dan anak-anak dalam
keluarga.
b) Sekolah
Sekolah
secara perlahan menjadi agen pengganti terhadap apa yang dilakukan oleh
keluarga, seiring dengan intensifnya anak memasuki ruang sosial dari ruang
sekolah, sehingga tidak jarng sang anak sangat percaya kepada gurunya
dibandingkan dengan kedua orang tuanya, terutama pada anak kelompok usia
bermain, taman kanak-kanak, dan sekolah dasar.
c) Kelompok
teman sebaya (peer group)
Kelompok
teman sebaya merupakan suatu kelompok dari orang-orang yang seusia dan memiliki
status yang sama, dengan siapa seseorang umumnya berhubungan atau bergaul.
d) Media
massa
Media
massa, baik media cetak seperti surat kabar dan majalah maupun media elektronik
seperti radio, televisi, dan internet, semakin memegang peranan penting dalam
memengaruhi cara pandang, pikir, tindak, dan sikap seseorang, karena cenderung
bersifat masif, berskala besar, dan segera.
e) Agama
Agama
memberikan jawaban pada pertanyaan yang membingungkan mengenai makna kehidupan
yang sebenarnya, seperti tujuan hidup, mengapa manusia menderita, dan
eksistensi kehidupan di alam akhirat, sehingga agama memberikan tuntunan
tentang nilai seperti baik dan buruknya atau benar dan salahnya sesuatu.
f) Lingkungan
tempat tinggal
Kompleks
perumahan dipandang sebagai suatu lingkungan tempat tinggal yang tertata dengan
rapi dan terencana dibandingkan dengan perkampungan, yang dilihat sebagai
lingkungan tempat tinggal yang berkembang secara alamiah dan relatif lebih
homogen secara sosial dan budaya dari penghuninya.
g) Tempat
kerja
Adalah
tahapan lanjut dari perkembangan kehidupan kita, yang berawal dari keluarga,
sekolah, kelompok, teman sebaya, media massa, agama, lingkungan tempat tinggal,
kemudian tempat kerja.
3. JELASKAN
BAGAIMANA PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN MENURUT CHARLES HORTON COOLEY, GEORGE
HERBERT MEAD, DAN SIGMUN FREUD!
Jawab :
1) Charles
Horton Cooley
Ia
mengusulkan konsep looking-glass self
(cermin diri) untuk menggambarkan suatu analogi perkembangan melalui cermin,
diman cermin memantulkan apa yang terdapat di depannya, dari sana orang melihat
dirinya. Terdapat tiga unsur dalam looking-glass
self (cermin diri) :
(a) Anda
membayangkan bagaimana Anda tampak bagi mereka di sekeliling kita.
(b) Anda
menafsirkan reaksi orang lain.
(c) Anda
mengembangkan suatu konsep-diri (self-concept).
Namun,
melakukan cermin diri tidak hanya berhenti pada suatu masa, misalnya masa
dewasa yang dianggap telah memiliki konsep-diri yang mapan dan tetap;
sebaliknya konsep diri dibangun terus-menerus sepanjang hayat. Dengan demikian,
konsep diri menurut Cooley merupakan produk yang tidak pernah selesai dibentuk,
bahkan sampai usia lanjut.
2) George
Herbert Mead
Mead
menjelaskan bahwa ketika anak manusia lahir, dia belum memiliki diri. Diri
manusia berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan orang lain, yang
melalui beberapa tahap, yaitu :
(a) Tahap
prepatory atau tahap play stage
Yaitu
seorang anak belajar mengambil perspektif orang lain, yang dianggap sesuai
dengan kebutuhan hidupnya, dan melihat dirinya sebagai objek.
(b) Tahap
pertandingan (game stage)
Yaitu
seorang anak tidak hanya mengetahui peran yang dimainkannya, melainkan juga
peran yang harus dimainkan orang lain dengan siapa dia melakukan interaksi.
Dalam proses ini terjadi proses pengambilan peran (role taking), dimana seseorang mempertimbangkan atau mengantisipasi
peran orang lain yang dianggap sesuai dengan kebutuhan atau sering muncul dalam
hidupnya, dikenal dengan significant
other.
(c) Tahap
the generalized other
Pada
tahap ini seorang anak tidak hanya memahami peran yang harus dijalankannya,
tetapi dia juga telah mengetahui peran yang harus dijalankan oleh orang lain
dengan siapa dia berinteraksi.
3) Sigmun
Freud
Freud
melihat tiga unsur dalam diri manusia, yaitu id, super ego, dan ego. Id
merupakan pusat nafsu dan dorongan yang bersifat naluriah dan asosial, rakus,
dan antisosial, sehingga menyebabkan orang mencari kepuasan diri.
Namun
dorongan id untuk memenuhi kebutuhan
langsung berhadapan dengan suatu penghalang (kebutuhan akan orang lain,
khususnya orang tua), yang dikenal dengan superego, yaitu unsur diri yang
bersifat sosial dan merupakan kompleks dari cita-cita dan nilai sosial yang
dihayati seseorang dan membentuk hati nurani (conscience), superego menimbulkan rasa bersalah atau malu ketika
seseorang melanggar aturan sosial atau adat, begitu juga sebaliknya.
Pertentangan
antara id dan superego memiliki
dampak terhadap seseorang, sehingga diperlukan kekuatan penyeimbang dari dua
unsur diri yang bertolak belakang tersebut, yaitu unsur diri yang dikenal
sebagai ego, adalah unsur diri yang bersifat sadar dan rasional.
4. JELASKAN
PERBEDAAN SOSIALISASI SEPANJANG HIDUP MENURUT ERIK H. ERIKSON DENGAN JAMES M.
HENSLIN!
Jawab :
(1) Erik
H. Erikson
Dia
mengungkapkan konsep “life cycle”
(siklus kehidupan) untuk melukiskan seluruh perkembangan diri, dari kandungan
ibu sampai kandungan bumi (from womb to
tomb), yang diidentifikasikannya ke dalam delapan tahapan siklus kehidupan,
dimana setiap siklusnya individu mengalami krisis identitas yang harus
dipecahkan serta kebijakan dasar yang perlu dikembangkan, yaitu :
(a) Masa
bayi (sampai 1 tahun) => kepercayaan dasar (basic trust) dan kecurigaan
dasar.
(b) Masa
kanak-kanak awal (2-3 tahun) =>otonomi versus rasa bimbang dan malu.
(c) Masa
bermain (4-5 tahun) =>inisiatif versus rasa bersalah (guilt).
(d) Masa
sekolah (6-11 tahun) => kerajinan dan rasa rendah diri.
(e) Masa
remaja (12-18 tahun) => penemuan identitas dan kebingungan identitas.
(f) Masa
dewasa (19-35 tahun) => keintiman dan isolasi.
(g) Masa
paruh baya (36-50 tahun) => generativitas dan keasyikan dengan diri sendiri.
(h) Usia
tua (50 tahun ke atas) => integritas dan kepurusasaan.
(2) James
M. Henslin
Henslin
mengembangkan sosialisasi melalui perjalanan hidup mengembangkan lima tahapan,
yaitu :
(a) Masa
kanak-kanak (sampai usia 12 tahun)
Masa
kanak-kanak tidak hanya sekedar masalah biologis, tetapi juga terdapat sejarah
dan tertancap dalam ruang sosial tertentu, terutama kelas sosial dan gender. Faktor
biologis cenderung bersifat universal, faktor sosial yang dialami anak memiliki
ruang sosial dan sejarah tersendiri, yang diperlihatkan oleh keberagaman
kebudayaan yang ada.
(b) Masa
remaja (13-17 tahun)
Dalam
masyarakat tradisional terdapat ritus inisiasi yang dilakukan oleh masyarakat.
Adapun pada masyarakat terindustrialisasi, remaja harus menemukan dirinya
sendiri di natara dunia kanak-kanak yang harus ditinggalkan dan dunia dewasa
yang belum bisa terjangkau, sehingga dapat membangun subkultur remaja itu
sendiri seperti pola busana, gaya rambut, bahasa, gerak isyarat dan musik yang
khas.
(c) Masa
dewasa muda (usia 18-29 tahun)
Yaitu
sebagai suatu masa remaja yang diperpanjang, dalam dunia yang terindustrialsasi,
melalui keikutsertaan dalam pendidikan formal.
(d) Masa
usia menengah (usia 30-65 tahun)
Yaitu
sebagian orag lebih yakin mengenai diri mereka sendiri dan tujuan hidup mereka.
Pada usia ini, orang mulai merasakan kesehatan dan fisik tubuh yang berbeda dari
sebelumnya dan mulai membayangkan tentang kematian.
(e) Masa
usia lanjut (sekitar 65 tahun ke atas)
Pada
usia ini orang mempersiapkan diri terhadap “waktu sedang mendekati”. Pada masa
ini, teman, sahabat, dan mitra yang pernah bersama pada masa lampau, satu demi
satu dipanggil oleh Sang Pencipta. Jika sebelumnya kematian dipahami sebagai
suatu ide yang abstrak, perlahan seiring dengan perjalanan waktu mengkristal
menjadi suatu kenyataan yang harus dipersiapkan menuju ke sana.
5. JELASKAN
APA YANG DIMAKSUD DENGAN RUANG KELAS SEBAGAI: SISTEM SOSIAL, SISTEM INTERAKSI,
DAN SISTEM PERTUKARAN!
Jawab ;
Ruang Kelas Sebagai Sistem Sosial
Ruang kelas terdiri dari beberapa
unsur yang saling fungsional antara satu asama lain, yaitu guru, murid, dan
manajemen sekolah. Setiap aktor memerhatikan status dan peran sebelum mereka
bertindak. Status aktor, apakah ia guru, murid, atau manajemen sekolah,
memiliki peran yang sangat diharapkan. Status sebagai manajemen sekolah
diharapkan memainkan peran sebagai pengelola yang efektif dari sisi teknis
administratif serta penyediaan sarana dan prasarana sekolah yang dibutuhkan.
Status sebagai guru diharapkan untuk berprilaku sebagai seorang pendidik,
pengayom, pengasuh, dan pemberi motivasi bagi peserta didik. Sedangkan status
murid pada umumnya diharapkan untuk berperilaku sebagai seorang penuntut ilmu
pengetahuan, pekerja keras, dan pencari kebenaran. Dalam ruang kelas, hubungan
antara guru dan murid dengan status dan peran mereka masing-masing membentuk
suatu jaringan hubungan yang terpola, yang akan memberikan dampak terhadap
perilaku, kompetensi, kapital sosial budaya, dan keberhasilan peserta didik di
masa akan datang.
Ruang Kelas Sebagai sistem
Interaksi
Dalam pendekatan interaksi, guru
dan murid dituntun oleh harapan peran yang melekat pada posisi dan status
mereka. Hubungan guru-murid terdiri dari dua pihak yang terikat pada suatu
ikatan moral dan etika profesi kependidikan. Sebelum mereka membentuk hubungan
guru-murid, sebagai individu, masing-masing mereka memiliki motif, keingingan,
kepentingan, kebutuhan, dan orientasi sendiri tentang berbagai macam hal
berkaitan dengan pendidikan dan kependidikan. Dalam pola hubungan antara guru
dan murid,tidak semua motif, keinginan, kepentingan, kebutuhan, dan orientasi yang
dimiliki oleh guru dan masing-masing murid tercakup dalam pola ini, namun
ketika suatu pola hubungan guru-murid telah terbentuk, maka ia menjadi milik
bersama dan menjadi rujukan dalam perilaku dan tindakan masing-masing individu,
baik guru dan murid, yang berisi tentang berbagai “kesepakatan”, seperti
tentang disiplin, kebersihan, kerapihan, pekerjaan rumah, kuis, ulangan harian,
ulangan tengah semester, dan ujian semester. Pola hubungan ini juga menjadi
pengontrol perilaku masing-masing.
Ruang Kelas Sebagai Sistem
Pertukaran
Hubungan guru-murid sebagai suatu
sistem pertukaran terbentuk apabila unsur atau item, dalam hal ini guru dan
para murid, memiliki ketergantungan terhadap suatu pertukaran yang
terus-menerus dan ajek. Dalam sistem pertukaran, guru dan murid dipandang
mempunyai ketergantungan satu sama lain dalam rangka memeperolah keuntungan,
baik bersifat ekstrinsik berupa materi dan benda, maupun intrinsik berupa nilai
(peringkat), penghargaan, pengakuan, dan kecintaan dari para murid, orang tua/wali
murid, dan kepala sekolah. Adapun para murid dalam proses pertukaran berusaha
memperoleh nilai (peringkat), penghargaan, kasih sayang, perhatian, dan cinta
dari guru.
0 komentar:
Posting Komentar