Selasa, 09 April 2013

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

1.     JELASKAN PENGERTIAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN MENURUT BEBERAPA AHLI DAN PENDAPAT ANDA SENDIRI!

Jawab :
1.     Menurut F.G. Robbins, sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang tugasnya menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan. Struktur mengandung pengertian teori dan filsafat pendidikan, sistem kebudayaan, struktur kepribadian dan hubungan kesemuanya dengantata sosial masyarakat. Sedangkan dinamika yakni proses sosial dan kultural, proses perkembangan kepribadian,dan hubungan kesemuanya dengan proses pendidikan.
2.     Menurut H.P. Fairchild dalam bukunya ”Dictionary of Sociology” dikatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental. Jadi ia tergolong applied sociology.
3.     Menurut Prof. DR S. Nasution,M.A., Sosiologi Pendidikana dalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik.
4.     Menurut F.G Robbins dan Brown, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasi pengalaman. Sosiologi pendidikan mempelajari kelakuan sosial serta prinsip-prinsip untuk mengontrolnya.
5.     Menurut E.G Payne, Sosiologi Pendidikan ialah studi yang komprehensif tentang segala aspek pendidikan dari segi ilmu sosiologi yang diterapkan.
6.     Menurut Drs. Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang berusaha memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologis.


2.     JELASKAN APA YANG DIMAKSUD DENGAN SOSIALISASI, JENIS SOSIALISASI, DAN AGEN SOSIALISASI!
Jawab :
a.     Pengertian sosialisasi
Paul B. Horton and Chester L. Hunt : Sosialiasi adalah suatu proses dengan mana seseorang menghayati (mendarah dagingkan, internalize) norma-norma kelompok di mana ia hidup sehingga timbullah “diri” yang unik.
David B. Brinkerhoff and Lynn K. White : Sosialisasi adalah suatu proses belajar peran, status, dan nilai yang diperlukan untuk keikutsertaan (partisipasi) efektif dalam masyarakat.
James W. Vander Zanden : Sosialisasi adalah suatu proses interaksi sosial dengan mana orang memperoleh pengetahuan, sikap, nilai, dan perilaku esensial untuk keikutsertaan (partisifasi) efektif dalam masyarkat.
Sehingga dapat disimpulkan : sosialisasi adalah (1) tentang proses, yaitu suatu transmisi pengetahuan, sikap, nilai, norma, dan perilaku esensial. (2) tentang tujuan, yaitu sesuatu yang diperlukan agar mampu berpartisifasi efektif dalam masyarakat.

b.     Jenis-jenis sosialisasi
1)    Berdasarkan Kebutuhan
a)     Sosialisasi Primer, adalah suatu proses melaluinya seorang anak manusia mempelajari atau menerima pengetahuan, sikap, nilai, norma, perilaku esensial, dan harapan agar mampu berpartisipasi efektif  dalam masyarakat dan/atau menjadi anggota masyarakat.
b)    Sosialisasi Sekunder, adalah setiap proses selanjutnya yang mengimbas individu yang telah disosialisasikan itu ke dalam sektor-sektor baru dari dunia objektif masyarakatnya.
2)    Berdasarkan Cara yang Dipakai
a)     Sosialisasi represif, ialah sosialisasi yang menekankan pada kepatuhan anak dan penghukuman terhadap perilaku yang keliru.
b)    Sosialisasi Partisipatif, ialah sosialisasi yang menekankan pada otonomi anak dan memberikan imbalan terhadap perilaku anak yang baik.
3)    Berdasarkan Keberadaan Perencanaan
a)     Sosialisasi berdasarkan perencanaan, merupakan sosialisasi yang dilakukan atas dasar rencana yang berkelanjutan dan sistematis.
b)    Sosialisasi tanpa perencanaan, yaitu sosialisasi yang terjadi dalam suatu proses interaksi yang terjadi dalam masyarakat, misalnya dalam keluarga, kelompok teman sebaya, atau lingkungna tempat tinggal.

c.      Agen-agen sosialiasi
Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan proses sosialisasi. Jenis-jenisnya yiitu :
a)     Kelurga
Fungsi utama keluarga adalah menjaga dan memelihara anak-anak. Kita mengalami sosialisasi pertama kali dalam kehidupan sebagai bayi dan anak-anak dalam keluarga.
b)    Sekolah
Sekolah secara perlahan menjadi agen pengganti terhadap apa yang dilakukan oleh keluarga, seiring dengan intensifnya anak memasuki ruang sosial dari ruang sekolah, sehingga tidak jarng sang anak sangat percaya kepada gurunya dibandingkan dengan kedua orang tuanya, terutama pada anak kelompok usia bermain, taman kanak-kanak, dan sekolah dasar.
c)     Kelompok teman sebaya (peer group)
Kelompok teman sebaya merupakan suatu kelompok dari orang-orang yang seusia dan memiliki status yang sama, dengan siapa seseorang umumnya berhubungan atau bergaul.
d)    Media massa
Media massa, baik media cetak seperti surat kabar dan majalah maupun media elektronik seperti radio, televisi, dan internet, semakin memegang peranan penting dalam memengaruhi cara pandang, pikir, tindak, dan sikap seseorang, karena cenderung bersifat masif, berskala besar, dan segera.
e)     Agama
Agama memberikan jawaban pada pertanyaan yang membingungkan mengenai makna kehidupan yang sebenarnya, seperti tujuan hidup, mengapa manusia menderita, dan eksistensi kehidupan di alam akhirat, sehingga agama memberikan tuntunan tentang nilai seperti baik dan buruknya atau benar dan salahnya sesuatu.
f)      Lingkungan tempat tinggal
Kompleks perumahan dipandang sebagai suatu lingkungan tempat tinggal yang tertata dengan rapi dan terencana dibandingkan dengan perkampungan, yang dilihat sebagai lingkungan tempat tinggal yang berkembang secara alamiah dan relatif lebih homogen secara sosial dan budaya dari penghuninya.
g)     Tempat kerja
Adalah tahapan lanjut dari perkembangan kehidupan kita, yang berawal dari keluarga, sekolah, kelompok, teman sebaya, media massa, agama, lingkungan tempat tinggal, kemudian tempat kerja.

3.     JELASKAN BAGAIMANA PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN MENURUT CHARLES HORTON COOLEY, GEORGE HERBERT MEAD, DAN SIGMUN FREUD!
Jawab :
1)    Charles Horton Cooley
Ia mengusulkan konsep looking-glass self (cermin diri) untuk menggambarkan suatu analogi perkembangan melalui cermin, diman cermin memantulkan apa yang terdapat di depannya, dari sana orang melihat dirinya. Terdapat tiga unsur dalam looking-glass self (cermin diri) :
(a)  Anda membayangkan bagaimana Anda tampak bagi mereka di sekeliling kita.
(b) Anda menafsirkan reaksi orang lain.
(c)  Anda mengembangkan suatu konsep-diri (self-concept).
Namun, melakukan cermin diri tidak hanya berhenti pada suatu masa, misalnya masa dewasa yang dianggap telah memiliki konsep-diri yang mapan dan tetap; sebaliknya konsep diri dibangun terus-menerus sepanjang hayat. Dengan demikian, konsep diri menurut Cooley merupakan produk yang tidak pernah selesai dibentuk, bahkan sampai usia lanjut.
2)    George Herbert Mead
Mead menjelaskan bahwa ketika anak manusia lahir, dia belum memiliki diri. Diri manusia berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan orang lain, yang melalui beberapa tahap, yaitu :
(a)  Tahap prepatory atau tahap play stage
Yaitu seorang anak belajar mengambil perspektif orang lain, yang dianggap sesuai dengan kebutuhan hidupnya, dan melihat dirinya sebagai objek.
(b) Tahap pertandingan (game stage)
Yaitu seorang anak tidak hanya mengetahui peran yang dimainkannya, melainkan juga peran yang harus dimainkan orang lain dengan siapa dia melakukan interaksi. Dalam proses ini terjadi proses pengambilan peran (role taking), dimana seseorang mempertimbangkan atau mengantisipasi peran orang lain yang dianggap sesuai dengan kebutuhan atau sering muncul dalam hidupnya, dikenal dengan significant other.
(c)  Tahap the generalized other
Pada tahap ini seorang anak tidak hanya memahami peran yang harus dijalankannya, tetapi dia juga telah mengetahui peran yang harus dijalankan oleh orang lain dengan siapa dia berinteraksi.
3)    Sigmun Freud
Freud melihat tiga unsur dalam diri manusia, yaitu id, super ego, dan ego. Id merupakan pusat nafsu dan dorongan yang bersifat naluriah dan asosial, rakus, dan antisosial, sehingga menyebabkan orang mencari kepuasan diri.
Namun dorongan id untuk memenuhi kebutuhan langsung berhadapan dengan suatu penghalang (kebutuhan akan orang lain, khususnya orang tua), yang dikenal dengan superego, yaitu unsur diri yang bersifat sosial dan merupakan kompleks dari cita-cita dan nilai sosial yang dihayati seseorang dan membentuk hati nurani (conscience), superego menimbulkan rasa bersalah atau malu ketika seseorang melanggar aturan sosial atau adat, begitu juga sebaliknya.
Pertentangan antara id dan superego memiliki dampak terhadap seseorang, sehingga diperlukan kekuatan penyeimbang dari dua unsur diri yang bertolak belakang tersebut, yaitu unsur diri yang dikenal sebagai ego, adalah unsur diri yang bersifat sadar dan rasional.


4.     JELASKAN PERBEDAAN SOSIALISASI SEPANJANG HIDUP MENURUT ERIK H. ERIKSON DENGAN JAMES M. HENSLIN!
Jawab :
(1) Erik H. Erikson
Dia mengungkapkan konsep “life cycle” (siklus kehidupan) untuk melukiskan seluruh perkembangan diri, dari kandungan ibu sampai kandungan bumi (from womb to tomb), yang diidentifikasikannya ke dalam delapan tahapan siklus kehidupan, dimana setiap siklusnya individu mengalami krisis identitas yang harus dipecahkan serta kebijakan dasar yang perlu dikembangkan, yaitu :
(a)  Masa bayi (sampai 1 tahun) => kepercayaan dasar (basic trust) dan kecurigaan dasar.
(b) Masa kanak-kanak awal (2-3 tahun) =>otonomi versus rasa bimbang dan malu.
(c)  Masa bermain (4-5 tahun) =>inisiatif versus rasa bersalah (guilt).
(d) Masa sekolah (6-11 tahun) => kerajinan dan rasa rendah diri.
(e)  Masa remaja (12-18 tahun) => penemuan identitas dan kebingungan identitas.
(f)   Masa dewasa (19-35 tahun) => keintiman dan isolasi.
(g)  Masa paruh baya (36-50 tahun) => generativitas dan keasyikan dengan diri sendiri.
(h) Usia tua (50 tahun ke atas) => integritas dan kepurusasaan.
(2) James M. Henslin
Henslin mengembangkan sosialisasi melalui perjalanan hidup mengembangkan lima tahapan, yaitu :
(a)  Masa kanak-kanak (sampai usia 12 tahun)
Masa kanak-kanak tidak hanya sekedar masalah biologis, tetapi juga terdapat sejarah dan tertancap dalam ruang sosial tertentu, terutama kelas sosial dan gender. Faktor biologis cenderung bersifat universal, faktor sosial yang dialami anak memiliki ruang sosial dan sejarah tersendiri, yang diperlihatkan oleh keberagaman kebudayaan yang ada.
(b) Masa remaja (13-17 tahun)
Dalam masyarakat tradisional terdapat ritus inisiasi yang dilakukan oleh masyarakat. Adapun pada masyarakat terindustrialisasi, remaja harus menemukan dirinya sendiri di natara dunia kanak-kanak yang harus ditinggalkan dan dunia dewasa yang belum bisa terjangkau, sehingga dapat membangun subkultur remaja itu sendiri seperti pola busana, gaya rambut, bahasa, gerak isyarat dan musik yang khas.
(c)  Masa dewasa muda (usia 18-29 tahun)
Yaitu sebagai suatu masa remaja yang diperpanjang, dalam dunia yang terindustrialsasi, melalui keikutsertaan dalam pendidikan formal.
(d) Masa usia menengah (usia 30-65 tahun)
Yaitu sebagian orag lebih yakin mengenai diri mereka sendiri dan tujuan hidup mereka. Pada usia ini, orang mulai merasakan kesehatan dan fisik tubuh yang berbeda dari sebelumnya dan mulai membayangkan tentang kematian.
(e)  Masa usia lanjut (sekitar 65 tahun ke atas)
Pada usia ini orang mempersiapkan diri terhadap “waktu sedang mendekati”. Pada masa ini, teman, sahabat, dan mitra yang pernah bersama pada masa lampau, satu demi satu dipanggil oleh Sang Pencipta. Jika sebelumnya kematian dipahami sebagai suatu ide yang abstrak, perlahan seiring dengan perjalanan waktu mengkristal menjadi suatu kenyataan yang harus dipersiapkan menuju ke sana.


5.     JELASKAN APA YANG DIMAKSUD DENGAN RUANG KELAS SEBAGAI: SISTEM SOSIAL, SISTEM INTERAKSI, DAN SISTEM PERTUKARAN!

Jawab ;
Ruang Kelas Sebagai Sistem Sosial
Ruang kelas terdiri dari beberapa unsur yang saling fungsional antara satu asama lain, yaitu guru, murid, dan manajemen sekolah. Setiap aktor memerhatikan status dan peran sebelum mereka bertindak. Status aktor, apakah ia guru, murid, atau manajemen sekolah, memiliki peran yang sangat diharapkan. Status sebagai manajemen sekolah diharapkan memainkan peran sebagai pengelola yang efektif dari sisi teknis administratif serta penyediaan sarana dan prasarana sekolah yang dibutuhkan. Status sebagai guru diharapkan untuk berprilaku sebagai seorang pendidik, pengayom, pengasuh, dan pemberi motivasi bagi peserta didik. Sedangkan status murid pada umumnya diharapkan untuk berperilaku sebagai seorang penuntut ilmu pengetahuan, pekerja keras, dan pencari kebenaran. Dalam ruang kelas, hubungan antara guru dan murid dengan status dan peran mereka masing-masing membentuk suatu jaringan hubungan yang terpola, yang akan memberikan dampak terhadap perilaku, kompetensi, kapital sosial budaya, dan keberhasilan peserta didik di masa akan datang.

Ruang Kelas Sebagai sistem Interaksi
Dalam pendekatan interaksi, guru dan murid dituntun oleh harapan peran yang melekat pada posisi dan status mereka. Hubungan guru-murid terdiri dari dua pihak yang terikat pada suatu ikatan moral dan etika profesi kependidikan. Sebelum mereka membentuk hubungan guru-murid, sebagai individu, masing-masing mereka memiliki motif, keingingan, kepentingan, kebutuhan, dan orientasi sendiri tentang berbagai macam hal berkaitan dengan pendidikan dan kependidikan. Dalam pola hubungan antara guru dan murid,tidak semua motif, keinginan, kepentingan, kebutuhan, dan orientasi yang dimiliki oleh guru dan masing-masing murid tercakup dalam pola ini, namun ketika suatu pola hubungan guru-murid telah terbentuk, maka ia menjadi milik bersama dan menjadi rujukan dalam perilaku dan tindakan masing-masing individu, baik guru dan murid, yang berisi tentang berbagai “kesepakatan”, seperti tentang disiplin, kebersihan, kerapihan, pekerjaan rumah, kuis, ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ujian semester. Pola hubungan ini juga menjadi pengontrol perilaku masing-masing.

Ruang Kelas Sebagai Sistem Pertukaran
Hubungan guru-murid sebagai suatu sistem pertukaran terbentuk apabila unsur atau item, dalam hal ini guru dan para murid, memiliki ketergantungan terhadap suatu pertukaran yang terus-menerus dan ajek. Dalam sistem pertukaran, guru dan murid dipandang mempunyai ketergantungan satu sama lain dalam rangka memeperolah keuntungan, baik bersifat ekstrinsik berupa materi dan benda, maupun intrinsik berupa nilai (peringkat), penghargaan, pengakuan, dan kecintaan dari para murid, orang tua/wali murid, dan kepala sekolah. Adapun para murid dalam proses pertukaran berusaha memperoleh nilai (peringkat), penghargaan, kasih sayang, perhatian, dan cinta dari guru.

0 komentar:

Posting Komentar