Senin, 22 April 2013

PENDIDIKAN KARAKTER

1.      MENGAPA TERJADI KEMEROSOTAN MORAL ATAU KARAKTER TERHADAP BANGSA INDONESIA, JELASKAN DAN KEMUKAKAN ALASANNYA

kemerosotan moral bangsa tidak hanya terjadi di kota-kota besar saja, namun telah menjamur hingga pelosok negeri. indikator yang bisa dijadikan dasar acuan kemerosotan moral bangsa indonesia dapat terlihat dari memudarnya nilai-nilai luhur yang dulu dijunjung tinggi. salah satu contoh yang paling mudah adalah menurunnya rasa hormat terhadap orang tua. terlepas dari pola-pola perilaku yang berkembang dari hubungan anak dan orang tua, secara keseluruhan orang tua yang mengeluhkan “kekurangajaran” anaknya banyak terdengar.
hal ini berarti nilai-nilai menghormati orang tua berubah ke arah yang negatif. hal diatas adalah sebagian contoh terkecil dari bangsa ini, yakni keluarga. belum lagi jika dilihat secara makro, tentu akan lebih banyak lagi, diantaranya menurunnya rasa takut dan malu kepada sang pencipta. akibatnya perbuatan sewenang-wenang terjadi, dari desa hingga ibukota, seperti pemerkosaan, perampokan, penipuan dan lain-lain.
pengamalan pancasila sebagai dasar negara dan filsafat bangsa tampaknya sudah tidak dihiraukan lagi. masyarakat sudah terlalu jauh melangkah ke arah modernisasi sehingga melupakan nilai-nilai moral. tidak salah jika kini pancasila hanya diucapkan dalam kata namun dikhianati dalam perilaku.
demonstrasi anarkis yang dilakukan mahasiswa, menunjukkan bahwa kaum intelektual yang seharusnya memberikan cerminan positif justru melakukan tindakan yang tidak mencerminkan intelektualitasnya. para pendemo merusak fasilitas umum yang dibangung oleh uang rakyat dan harus dibangun kembali apabila terjadi carut marut, bukankah sama saja dengan merusak keuangan negara yang belum stabil.
demonstrasi memang perlu dilakukan untuk menyambungkan aspirasi rakyat yang tidak didengar oleh pemangku trias politika negeri ini. alangkah eloknya apabila demonstrasi yang dilakukan adalah demonstrasi yang aman, damai, dan tanpa dibumbui unsur anarkisme.

penyimpangan sosial

penyimpangan sosial di kalangan mahasiswa pun patut dijadikan sorotan. sudah tidak asing lagi perbuatan asusila yang dilakukan mahasiswa, seperti homoseksual yang kian marak, free seks yang tidak terkendali, juga peniruan karya orang lain (plagiat). semoga saja ini bukan budaya para agent of change tetapi hanya oknum yang merupakan minoritas dari mahasiswa itu sendiri.
 penyimpangan ini tidak terlepas dari proses meniru yang berkiblat ke barat. miris memang saat mereka lebih mengelu-elukan nilai kebebasan dan melupakan nilai-nilai asli indonesia yang seharusnya menjadi identitas diri.
           
pembentukan karakter

pembentukan karakter setiap individu berbeda-beda. ada yang sudah mulai pembentukan karakter sejak pranatal (sebelum dilahirkan), ketika dilahirkan, pada usia 4 tahun, bahkan ada pendapat pembentukan karakter seseorang dimulai ketika menemukan pasangan. namun, senagian besar menyebutkan bahwa pembentukan karakter dimulai sejak dini. oleh karena itu keefektifan pendidikan karakter di perguruan tinggi dirasa kurang berdampak besar. sebab sebagian besar karakter mahasiswa sudah terbentuk sejak lahir hingga menginjak usia dewasa.
solusi yang ditawarkan memang beragam. kemerosotan nilai-nilai moral bisa diselesaikan dengan cepat dan efektif. diantaranya dengan mengganti mind set bahwa pendidikan bukan hanya untuk mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga mentransfer nilai-nilai, dengan adanya transfer nilai ini diharapkan nilai-nilai yang mulai dilupakan akan dapat digali, ditemukan, dan diamalkan kembali oleh generasi muda yang ada.
upaya lain adalah dengan memberikan teladan bagi generasi masa kini. karena apa? generasi kita sekarang ini memiliki krisis untuk memilih siapa yang akan mereka contoh atau siapa yang akan memberikan tuntutan keteladanan, yang pada akhirnya mereka salah meniru. mereka mengimitasi bahkan hingga mengidentifikasi artis-artis baik dalam maupun luar negeri yang keteladannya patut dipertanyakan. hilangnya panutan jelas berpengaruh besar yang dapat kita rasakan kini.
pendidikan karakter juga jelas dapat dijadikan alternatif solusi namun penerjemahan dalam tindakan nyata kurang dapat terealisasi. efektifitas pendidikan karakter di perguruan tinggi yang seolah-olah “memaksa” hanya akan sia-sia. saat karakter mahasiswa saat usia mahasiswa.
jangan sampai pendidikan karakter yang dielu-elukan oleh berbagai universitas ini hanyalah dijadikan salah satu mata kuliah syarat kelulusan saja, tetapi juga benar-benar bisa menjadi usaha pemecahan masalah kemerosotan moral di kalangan mahasiswa pada khususnya dan semua generasi muda pada umumnya. karena dengan mengubah pemuda kita dapat menggebrak dunia.



   2.  BAGAIMANA UNTUK MENGATASI KEMEROSOTAN MORAL ATAU KARAKTER TERSEBUT
Berbicara mengenai format pendidikan moral di Indonesia, maka zaman Orde Baru paling tidak menjadi landasan kuat untuk mengkajinya. Tentu belum hilang dalam memori kolektif kita tatkala pemerintah masa Orde Baru memformulasi format pendidikan moral yang dihubungkaitkan dengan nilai-nilai dasar Pancasila. Dimana dalam pancasila terdapat sila-sila yang berkaitan dengan moral salah satunya yaitu sila pertama “KeTuhanan Yang Maha Esa”. Dalam sila pertama itu mempunyai makna yang dapat diambil selain secara tersurat bahwa Tuhan itu satu namun mencerminkan bahwa bangsa Indonesia berpegang pada nilai-nilai agama selain pada nilai-nilai hukum.
Hal ini dimaksudkan bahwa sebagai dasar negara, maka kedudukan Pancasila merupakan landasan dan falsafah hidup dalam berbangsa dan bernegara. Karena itu, proses pendidikan moral ini dilakukan melalui pemberian mata pelajaran bernama Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang kemudian berubah menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).
Pentingnya pendidikan moral ini, sehingga ia menjadi mata pelajaran istimewa di samping mata pelajaran pendidikan agama. Betapa tidak, nilai rendah atas kedua mata pelajaran ini dahulu menjadi bahan pertimbangan atau penentu apakah seseorang naik atau tinggal kelas. Bahkan proses penilaian atas mata pelajaran khusus pendidikan moral ini, tidak hanya dilihat dari aspek kognitif semata. Sebaliknya, tingkah laku peserta didik dengan berbagai standar nilai yang telah ditetapkan menjadi indikator penentu.
Namun seiring berjalannya waktu pelajaran tersebut bukan lagi menjadi pelajaran yang istimewa bahkan menjadi pelajaran yang membosankan bahkan ada juga yang menganggap pelajaran tersebut tidak penting karena sudah terlalu sering menemukan pelajaran itu mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah.
Karena banyak masyarkat yang mulai bosan dengan pelajaran PPKn ditambah dengan adanya globalisasi sehingga pelajaran tersebut lambatlaun menjadi pelajaran yang benar-banar tidak penting. Anggapan tidak pentingnya pelajaran itu membuat moral bangsa Indonesia mengalami keterpurukan atau kemerosotan.
Nasi sudah menjadi bubur,sekarang kondisi moral bangsa Indonesia sudah mengkhawatirkan jika tidak diatasi dengan benar bukan tidak mungkin moral bangsa Indonesia akan benar-benar hilang. Menyadari kondisi moral bangsa Indonesia yang sudah
kian mengkhawatirkan pemerintah mulai melakukan tindakan yaitu dengan mulai memasukkan pelajaran pendidikan moral. Namun jika hanya memasukkan saja tidak menjadikan pendidikan moral seperti dahulu ketika orde baru maka hasil yang dicapai kemungkinan kurang memuaskan. Pendidikan moral seharusnya menjadi salah satu tolak ukur menentukan kenaikan kelas atau kelulusan sehingga menciptakan generasi yang memiliki tingkat moral yang baik.

3.      FAKTOR-FAKTOR YANG MEMEPENGARUHI PEMBENTUKAN PENDIDIKAN KARAKTER


Faktor-faktorpembentukKarakter

Tindakan manusia pada umumnya didasarkan pada dua keadaan yaitu keadaan sadar dan keadaan tidak sadar. Tindakan sadar berarti bahwa manusia bertindak berdasarkan unsur kehendak atau motif, sedangkan tindakan tidak sadar tidak mengandung unsur kehendak yang pada umumnya disebabkan hilangnya salah satu faktor pendorong tindakan seperti hilangnya akal (gila, koma, pingsan, tidur atau sejenisnya), atau hilangnya kendali diri seperti gerakan refleks. Beban tanggung jawab manusia hanya berlaku pada tindakan sadar saja, sebagaimana sabda RasulullahSAW :
“ Tidak berlaku hukum atas orang gila sampai dia sembuh, orang tidur sampai dia bangun dan anak-anak sampai dia baligh”.
Jadi, karakter atau kepribadian seseorang hanya di ukur dengan apa yang dia lakukan berdasarkan tindakan sadarnya. Dengan demikian ,yang harus kita perhatikan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan sadar tersebut. Secara umum faktor-faktor tersebut terbagi dalam dua kelompok yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal adalah kumpulan dari unsur kepribadian atau sifat manusia yang secara bersamaan mempengaruhi perilaku manusia.Faktor internal tersebut diantaranya :
·        Instink Biologis (Doronganbiologis) seperti makan, minum dan hubungan biologis. Karakter seseorang sangat terlihat dari cara diamemenuhi kebutuhan atau instinks bilogis ini. Contohnya adalah sifat berlebihan dalam makan dan minum akan mendorong pelakunya bersifat rakus/tamak. Seseorang yang bisa mengendalikan kebutuhan biologisnya akan memiliki karakter waro, zuhud dan qona’ah yang membawanya kepada karkater sederhana.
·        Kebutuhan psikologis seperti kebutuhan akan rasa aman, penghargaan, penerimaan dan aktualisasi diri. Seperti orang yang berlebihan dalam memenuhi rasa aman akan melahirkan karakter penakut, orang yang berlebihan dalam memenuhi kebutuhan penghargaan akan melahirkan karakter sombong/angkuh dll. Apabila seseorang mampu mengendalikan kebutuhan psikologisnya, maka dia akan memiliki karakter tawadhu dan rendah hati.
·        Kebutuhan pemikiran, yaitu kumpulan informasi yang membentuk cara berfikir seseorang seperti isme, mitos, agama yang masuk kedalam benak seseorang akan mempengaruhi cara berfikirnya yang selanjutnya mempengaruhi karakternya.
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar diri manusia, namun secara langsung mempengaruhi karakternya. Faktor eksternal tersebut diantaranya faktor keluarga dalam membentuk karakter anak, kemudian faktor sosial yang berkembang di masyarakat yang kemudian disebut budaya, serta  lingkunganpendidikan yang begitu banyak menyita waktu pertumbuhan setiap orang, baik pendidikan formal seperti sekolah atau pendidikan informal seperti media massa, media elektronik atau masjid.
Dalam perkembangannya, sebagian faktor itu bersifat mutlak/tetap dan sebagian lainnya bersifa tnisbi/berubah. Sebagaimana disabdakan  olehRasulullah saw:
“ Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka bapaknyalah yang akan menjadikannya yahudi, nasrani atau majusi “.
Kalimat “fitrah” mewakili karakter muslim. Kalimat “bapaknyalah” bisa bermakna orang tua dan setiap pihak yang mempengaruhi karakternya, dan kalimat “yahudi, nasrani serta majusi” mewakili karakter atau sifat bukan bangsa atau ras.
Dengan adanya kedua faktor itu, maka bisa disimpulkan bahwa karakter seseorang tergantung kepada dua hal yaitu karak terfitri yahya itu sifat bawaan yang melekat serta karak termuk tasabah yaitu sifat yang terbentuk dari lingkungan alam, social dan pendidikan.Rasulullah SAW bersabda :
“Ilmu di peroleh dengan belajar dan sifat santun diperoleh dengan latihan menjadi santun” (HR Bukhori).

Proses Pembentukan karakter

Karakter terbentuk setelah mengikuti proses sebagai berikut :
·        Adanyanilai yang diserapseseorangdariberbagaisumber, mungkin agama, ideology, pendidikan, temuan sendiri atau lainnya.
·        Nilai membentuk polafikir seseorang yang secara keseluruhan keluar dalam bentuk rumusan visinya.
·        Visi turun kewilayah hati membentuk suasana jiwa yang  secara keseluruhan membentuk mentalitas.
·   Mentalitas mengalir memasuki wilayah fisik dan melahirkan tindakan yang secara keseluruhan disebut sikap.
·        Sikap-sikap yang dominan dalam diri seseorang yang secara keseluruhan mencitrai dirinya adalah apa yang disebut sebagai kepribadian atau karakter.

Jadi, proses pembentukan karakter itu menunjukkan keterkaitan yang erat antara fikiran, perasaan dan tindakan. Dari wilayah akal terbentuk cara berfikir dan dari wilayah fisik terbentuk cara berperilaku. Cara berfikir menjadi visi, cara merasa menjadi mental dan cara berperilaku menjadi karakter. Apabila hal ini terjadi pengulangan yang terus-menerus menjadi kebiasaan, maka sesuai dengan pendapat Imam al-Ghozali yang mengatakan :Akhlak atau karakter adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang tanpa melalui proses pemikiran


4.      MODEL PEMBELAJARAN APAKAH YANG TEPAT DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER TERHADAP ANAK DIDIK
Menurut Cohen dalam Degeng (1989), terdapat tiga kemungkinan variasi pembelajaran terpadu yang berkenaan dengan pendidikan yang dilaksanakan dalam suasana pendidikan progresif yaitu kurikulum terpadu (integrated curriculum), hari terpadu (integrated day), dan pembelajaran terpadu (integrated learning). Kurikulum terpadu adalah kegiatan menata keterpaduan berbagai materi mata pelajaran melalui suatu tema lintas bidang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna sehingga batas antara berbagai bidang studi tidaklah ketat atau boleh dikatakan tidak ada. Hari terpadu berupa perancangan kegiatan siswa dari sesuatu kelas pada hari tertentu untuk mempelajari atau mengerjakan berbagai kegiatan sesuai dengan minat mereka. Sementara itu, pembelajaran terpadu menunjuk pada kegiatan belajar yang terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya (center core/center of interst).
Lebih lanjut, model-model pembelajaran inovatif dan terpadu yang mungkin dapat diadaptasi, seperti yang ditulis oleh Trianto, 2009, dalam bukunya yang berjudul Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik adalah sebagai berikut :

1. Fragmentasi
Dalam model ini, suatu disiplin yang berbeda dan terpisah dikembangkan merupakan suatu kawasan dari suatu mata pelajaran
2. Koneksi
Dalam model ini, dalam setiap topik ke topik, tema ke tema, atau konsep ke konsep isi mata pelajaran dihubungkan secara tegas
3. Sarang
Dalam model ini, guru mentargetkan variasi keterampilan (sosial, berpikir, dan keterampilan khusus) dari setiap mata pelajaran.
4. Rangkaian/Urutan
Dalam model ini, topik atau unit pembelajaran disusun dan diurutkan selaras dengan yang lain. Ide yang sama diberikan dalam kegiatan yang sama sambil mengingatkan konsep-konsep yang berbeda.
5. Patungan
Dalam model ini, perencanaan dan pembelajaran menyatu dalam dua disiplin yang konsep/gagasannya muncul saling mengisi sebagai suatu sistem.
6. Jala-jala
Dalam model ini, tema/topik yang bercabang ditautkan ke dalam kurikulum. Dengan menggunakan tema itu, pembelajaran mencari konsep/gagasan yang tepat.
7. Untaian Simpul
Dalam model ini, pendekatan metakurikuler menjalin keterampilan berpikir, sosial, intelegensi, teknik, dan keterampilan belajar melalui variasi disiplin.
8. Integrasi
Dalam model ini, pendekatan interdisipliner memasangkan antar mata pelajaran untuk saling mengisi dalam topik dan konsep dengan beberapa tim guru dalam model integrasi riil.
9. Peleburan
Dalam model ini, suatu disiplin menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keahliannya, para pebelajar menjaring semua isi melalui keahlian dan meramu ke dalam pengalamannya.
10. Jaringan
Dalam model ini, pebelajar menjaring semua pembelajaran melalui pandangan keahliannya dan membuat jaringan hubungan internal mengarah ke jaringan eksternal dari keahliannya yang berkaitan dengan lapangan.




5.      BAGAIMANA MENURUT PENDAPAT ANDA MELALUI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA INI MENJADI LEBIH BAIK

Setiap bangsa mempunyai karakter budaya yang tidak sama. Karakter suatu bangsa bisa mengalami berubahan bisa kearah yang lebih baik bahkan sebaliknya, bahkan bisa hilang sama sekali. Hal ini tergantung bagaimana masyarakat tersebut melindungi atau menjaga karakter budaya yang sudah diberikan oleh nenekmoyangnya.
Pendidikan karekter terdiri dari dua kalimat, yaitu pendidikan dan karakter.Pendidikan adalah proses pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi generasi muda untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa di masa mendatang. Sedangkan karakter yaitu watak, tabiat, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan  yang dinyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak. Maka Pendidikan karater yaitu proses pewarisan budaya pada generasi muda untuk membentuk kepribadian sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak.
Pendidikan karakter tertuang dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyebutkan Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung. Sehingga pendidikan karakter sudah menjadi kewajiban yang harus diberikan pada peserta didik dalam segala satuan pendidikan.
Dalam tujuan pendidikan nasional,  pendidikan karakter merupakan gambaran tentang kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh satuan pendidikan, serta menjadi dasar dalam mengembangkan pendidikan karakter bangsa. Pendidikan karakter lebih mudah  diberikan pada usia dini, hal ini akan mudah diterima dan tersimpan dalam memori anak,  akan membawa pengaruh pada perkembangan watak dan pribadi anak hingga dewasa. Menurut Daniel Golemen dalam bukunya Kecerdasan Ganda menyebutkan bahwa kecerdasan emosional dan sosial dalam kehidupan dibutuhkan 80%, sedangkan kecerdasan intektual hanya sebesar 20%. Untuk itu pendidikan karakter akan mudah diberikan  melalui jalur pendidikan, salah satunya adalah pendidika nonformal. Jadi kecerdasan emosional dan sosial lebih membawa dampak pada  perjalanan hidup bahkan karier anak dikemudian hari. Berbagai media bisa digunakan untuk pendidikan karakter, salah satunya melalui Kepramukaan.

0 komentar:

Posting Komentar